Sobat Materi Kimia SMA, penambahan zat terlarut nonvolatil juga dapat menyebabkan penurunan titik beku larutan. Gejala ini terjadi karena zat terlarut tidak larut dalam fasa padat pelarutnya. Contohnya, jika sirup dimasukkan ke dalam freezer maka gula pasirnya akan terpisah dari es karena gula pasir tidak larut dalam es.
Agar
tidak terjadi pemisahan zat terlarut dan pelarutnya ketika larutan
membeku, diperlukan suhu lebih rendah lagi untuk mengubah seluruh
larutan menjadi fasa padatnya. Seperti halnya titik didih, penurunan
titik beku (ΔTb) berbanding lurus dengan kemolalan larutan: ΔTb ≈ m,
atau ΔTb = Kb× m
Kb disebut tetapan penurunan titik beku molal. Nilai Kb untuk benzena 5,12°C m–1.
Suatu larutan dari zat terlarut nonvolatil dalam pelarut benzena
sebanyak 1 molal akan membeku pada suhu lebih rendah sebesar 5,12°C dari
titik beku benzena. Dengan kata lain, titik beku larutan zat nonvolatil
dalam pelarut benzena sebanyak 1 molal akan mulai membeku pada suhu
(5,5 – 5,12)°C atau 0,38°C.
Penerapan dari penurunan titik beku
digunakan di negara yang memiliki musim dingin. Suhu udara pada musim
dingin dapat mencapai suhu di bawah titik beku air. Oleh karena itu,
dalam air radiator mobil
diperlukan zat antibeku yang dapat menurunkan titik beku air. Zat
antibeku yang banyak digunakan dalam radiator adalah etilen glikol (C2H6O2).
Selain
pada radiator, penerapan dari penurunan titik beku juga digunakan untuk
mencairkan es di jalan-jalan dan trotoar pada musim dingin. Hal ini
dilakukan dengan cara menaburkan garam-garam, seperti CaCl2 dan NaCl sebagai penurun titik beku air sehingga es dapat mencair.
Sama seperti kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan dapat digunakan untuk menentukan massa molekul relatif zat terlarut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar